Selasa, 22 Mei 2001

Budiman Belut Liar dari Lembang

Sebagai bek sayap, tugas Budiman terbilang cukup berat. Selain menghambat laju penyerang lawan agar tak masuk kotak penalti, Budiman juga harus bisa menyuplai penyerang Persija dengan umpan-umpan silang akurat. Kapten Persija ini dikenal lincah bagai belut liar dan jago mengolah bola.

Pria yang mengawali karir sepakbola di Persib Bandung ini mulai menendang bola sejak usia sembilan tahun. Saat itu, ia dengan teman-teman sekampung selalu bermain sepakbola tiap kali usai pulang sekolah. Melihat kemampuannya, sang ayah yang juga menggemari sepakbola memasukkan Budiman ke sebuah klub di Lembang Bandung. Dari situ ia mulai mengasah kemampuan lebih terarah. Setelah menginjak dewasa, ia berguru ke klub Uni Bandung, klub anggota Persib yang cukup ternama. Di klub inilah, Budiman menarik perhatian pengurus Persib. Ia pun resmi masuk Persib. Empat tahun ia menghuni klub berjuluk Maung Bandung ini, 1989-93. Ia banyak belajar dari pemain Persib yang kala itu masih diperkuat palang pintu tim nasional Robby Darwis. Sebenarnya, Budiman kurang pas menjadi bek karena postur tubuhnya yang relatif kecil. Ia sering kalah dalam perebutan bola-bola atas. Justru kekurangan inilah yang membuatnya berusaha memiliki kelebihan. Salah satunya adalah kemampuannya mengolah bola. Ia dapat dengan mudah meliuk-liuk di antara pemain lawan untuk membantu serangan. Tak heran, ia sering membuat gol dengan aksi individu menawannya. Sayangnya, Budiman sering keasyikan menyerang dan terlambat membantu pertahanan. Ini ia akui. "Saya memang begitu. Jika ada peluang, saya akan membawa sampai ke gawang lawan tapi suka lupa posisi. Saya sering terlanbat turun. Saya sadar akan kekurangan ini dan akan saya perbaiki," tandas Budiman. Mungkin Budiman masih belum bisa menghilangkan sentuhan mantan pelatih Persija Ivan Kolev. Saat itu, Kolev memberi kebebasan pemain untuk menunjukkan karakternya. Begitu juga pelatih Sofyan Hadi. Pria kelahiran Bandung 5 Agustus 1971 ini pernah merasakan nikmatnya gelar juara Liga Indonesia, saat bersama Bandung Raya. Ia merasakannya bersama Nuralim, yang kini masih satu tim. Di Bandung Raya, ia merasa senang karena suasana tim sangat kondusif. Rasa kekeluargaan terasa kental. Klub yang telah bubar itu juga dijejali pemain asing seperti Olinga Atangana, Satu lagi yang membuatnya bangga adalah prestasi Bandung Raya yang mampu mengharumkan Bamdung sebagai salah satu kiblat sepakbola nasional. Padahal, waktu itu publik Bandung tidak menyukai Bandung Raya, yang dianggap sebagai musuh Persib. Bubarnya Bandung Raya membuat Budiman sedih. Ia harus mencari klub baru. Untung, ia direkrut Persikab Kabupaten Bandung pada Liga Indonesia V. Saat itu, prestasi Persikab juga cukup bagus dengan masuk ke babak Delapan Besar. Berkat kemampuannya mengolah bola, Budiman masuk tim nasional Piala Tiger 1999, Piala Asia di Abu Dabi, dan Prapiala Dunia 1997. Walau masih jadi pemain cadangan, kebanggaan Budiman tak pernah lekang. Setidaknya, ia bisa mengabdikan kemampuannya kepada bangsa dan negara. Akhirnya, ia masuk Persija yang saat itu ditangani Kolev dan rekan mainnya di Bandung raya Herry Kiswanto. Herry pula uang mengajaknya ke Persija. "Di Persija saya sangat tertantang karena banyak pemain bintang. Saya ingin membangkitkan permainan saya kembali," tutur Budiman. Pemain yang kini 35 tahun itu telah dikaruniai dua anak hasil pernikahannya dengan Yeni Maryana. Pada Ligina Vl, ia membawa Persija sampai semifinal. Kini, Budiman malah naik pangkat menjadi kapten. Mungkin ini karena perubahan sikapnya yang mulai tenang dan tak lagi emosional. Lelaki pendiam tapi ramah ini sekarang sedang menggenjot fisiknya untuk menghadapi putaran kedua. Ia sangat ingin mempersembahkan gelar juara untuk Persija. Ini target yang tak lagi bisa ditawar. Ia menilai, kondisi tim sangat mendukung pencapaian target itu. Budiman juga ingin kembali menghuni tim nasional. Ia yakin masih mampu bersaing dengan pemain muda. Sayangnya, peluang ini tertutup karena SEA Games mulai menerapkan aturan olimpiade dengan hanya pemain di bawah 23 tahun. Mungkin, kesempatan itu akan datang untuk tim nasional tahun depan. O oma

BUDIMAN Lahir : Bandung, 5 Agustus 1971 Istri : Yeni Maryana Anak : Icha Nurmasa (6), Nugraha Tiguna (10 bulan) Orangtua : Tatang Suwardi, Euis Cucu (alm) Prestasi : Juara Ligina II (Bandung Raya), Runners-up Ligina III (Bandung Raya), juara di Brunei (Persija), juara Piala Tiger (timnas). Timnas : Piala Tiger, Prapiala Asia, Prapiala Dunia 1997. Hobi : Jalan-jalan Idola : Maradona, Adjat Sudrajat.

Rony Tanuwijaya, Manajer PS. Indocement

Lincah dan Licin Budiman adalah pemain yang memiliki pergerakan lincah dan licin. Sulit untuk menahan laju Budiman ketika sedang mengusai bola. Salah satu cara menghadang Budiman adalah bermain keras. Cara inipun kadang sulit dilakukan karena Budiman pintar menghindarkan diri dari sabetan kaki lawan. Ia juga mampu merebut bola dari kaki lawan dengan bersih. Ia adalah pemain yang sangat disiplin. Fungsinya sebagai bek sayap dilakukan cukup sempurna. Ia membentengi pertahanan dengan cara menghambat laju pemain lawan sejak dari lapangan tengah. Sayang, sekarang dia sudah cukup tua untuk bersaing dengan pemain muda lain di tim nasional. Usia telah menggerogoti kemampuannya meskipun untuk kompetisi, kemampuan Budiman masih sulit ditandingi. Ini terlihat ketika menghadapi tim-tim dengan permainan cepat. Kalau tidak diimbangi dengan kemampuan fisik, Budiman ibarat mobil kehabisan bensin. O oma

Isman Jasulmey, Pelatih Persija Junior Tingkatkan Fisik, Jaga Emosi Budiman dikenal memiliki permainan cepat. Pergerakan dengan dan tanpa bolanya cukup baik. Tak heran kalau ia sering mampu melesat hingga ke kotak penalti lawan setelah mengecoh pemain belakang lawan. Kemampuan ini sangat dibutuhkan terutama jika Persija kesulitan menembus pertahanan lawan. Budiman juga memiliki naluri mencetak gol tinggi. Kekurangannya terletak pada postur dan kemampuan fisik yang mulai menurun. Ia sering kalah dalam perebutan bola atas. Ia juga sudah tidak mampu lagi menyerang dan bertahan dengan cepat, seperti dulu. Dulu, emosi Budiman tergolong cukup tinggi. Ban kapten yang ada di lengannya sedikit banyak menolong Budiman untuk lebih tenang dan tidak lagi gampang emosi. Kalau bisa mengendalikan diri dan meningkatkan kemampuan fisik, Budiman masih sulit dicari penggantinya.

ANTONIO CLAUDIO Tak Sabar Tunggu Pertandingan

Antonio Claudio adalah salah seorang pemain teras Persija. Pemain asal Brasil itu akan menjadi salah satu pendukung sukses Persija. Ia akan menghadapi gempuran pemain lawan. Ia mengaku, suasana tim Persija sangat kondusif. Walaupun kompetisi libur hampir dua bulan, tim tetap dalam kondisi siap bertanding. Sentuhan odisial dan pelatih telah dengan program peningkatan latihan dan uji coba, terbukti efektif. Pemain tinggi besar ini sudah menyumbangkan satu gol bagi Persija pada putaran pertama lalu. Ia pun bertekad mempertahankan daerahnya secara mati-matian. Ia tidak mau pertahanan Persija dilewati pemain lawan. "Kami sekarang sudah tidak sabar untuk memulai putaran kedua ini. Seluruh pemain sudah siap bertanding. Kami kami juga sudah diberitahu kondisi dan cara mengatasi berbagai kemungkinan yang akan kami hadapi di Sumatera nanti," katanya. O erz

NURALIM Butuh Kesabaran dan Motivasi Pemain senior ini tampak jauh berubah. Ia kian tekun berlatih, bahkan menambah porsi latihan sendiri. Selain itu, ia juga kian rajin menunaikan ibadah. Tampaknya, ia kembali terlecut setelah gagal masuk tim nasional Prapiala Dunia asuhan Benny Dollo. Perubahan sikap ini memperlihatkan Nuralim memahami betul tugas dan tanggung jawabnya. Mantan pemain Bandung Raya ini bertekad membawa Persija juara. Itulah sebabnya ia bangkit dengan berlatih keras dan berusaha membangkitkan motivasi pemain lain. Menghadapi pertandingan tandang ke Sumatera, secara tegas Nuralim mengatakan persiapan Persija sudah cukup. "Kami siap tanding. Kondisi fisik dan suasana bertanding saya dan rekan-rekan tetap terjaga," katanya. Untuk melawan tim-tim di Sumatera itu, menurut Nuralim, dibutuhkan kesabaran dan motivasi tinggi. Ia juga mengimbau rekan-rekannya untuk berjuang maksimal dan bermain lebih ngotot. "Meskipun begitu, kita harus tetap sabar dan jangan sampai terpancing permainan keras lawan. Permainan keras itu sudah menjadi ciri tim-tim Sumatera. Kita juga jangan sampai terpengaruh sikap wasit yang mungkin akan berpihak," katanya.