Selasa, 22 Mei 2001

Rotasi Pemain, Kunci Sukses Macan Kemayoran

Sedia payung sebelum hujan. Pepatah ini tampaknya sedang dilakukan Persija. Pengurus dan pelatih Persija menyiapkan tim sebagai antisipasi jika harus kehilangan banyak pemain. Kemungkinan ini bisa saja terjadi pada kompetisi tahun ini.

Pengalaman buruk ketika gagal ke final kompetisi lalu sangat berharga. Kartu merah yang diterima Luciano Leandro di semifinal, diakui atau tidak, adalah salah satu penyebab kegagalan Persija. Saat itu, Luci memegang peran sangat penting sebagai pengatur serangan. Tanpa Luci, kekuatan Persija bagai dilucuti. Itulah sebabnya, pengurus dan pelatih Persija tidak lagi terlalu bergantung pada satu-dua pemain. Jika ada pemain inti yang absen, cedera atau terkena hukuman, harus ada pemain yang bisa mengisi posisi itu. Tentu pemain pengganti itu harus bisa menggantikan peran dan tugas pemain inti. Ancaman tanpa pemain inti itu sangat mungkin terjadi pada putaran kedua ini.

Empat pemain Persija yang masuk tim nasional, bisa jadi tidak bisa membela klub. Jadwal kompetisi dan jadwal kegiatan tim nasional bisa saling tindih. Harap diingat, tim nasional tidak hanya berlaga di Prapiala Dunia. Sebagian pemain, yang masih belum 23 tahun, akan masuk tim nasional SEA Games Kuala Lumpur, September nanti. Tentu, persiapan tim SEA Games ini sudah dilakukan jauh hari. Usaha mendatangkan empat pemain nasional itu sudah tertanam di tubuh Persija. Toh, kepentingan nasional tetap harus dijunjung tinggi. Karenanya, pengurus Persija pun rela melepaskan keempat pemain itu demi kibar Merah Putih. Kemungkinan besar, Bambang Pamungkas, Budi Sudarsono, Gendut Doni dan Warsidi tidak bisa tampil saat menghadapi PSDS Deli Serdang. Sebagai antisipasi, pelatih Sofyan Hadi meniru langkah Chelsea di Liga Inggris. Pemain diharuskan bisa bermain di segala posisi.

Dalam uji coba ke Jawa, Sofyan Hadi mencoba menurunkan Widodo C Putro sebagai penyerang tunggal. Sofyan Hadi juga mencoba gelandang serang, Imran Nahumaruri dan Ebanda Timothy untuk jadi penyerang. Barangkali, hasil uji coba itu menjadi tidak penting. Kemenangan atas Persijap Jepara dan PSS Sleman serta kekalahan dari Apacinti Salatiga hanyalah gambaran kasar. Yang dipentingkan adalah kemampuan pemain tampil tanpa beberapa pemain bintang. Apalagi, uji coba itu juga tidak diikuti Luciano Leandro, dan sempat tidak diperkuat Khair Rifo. Dampak rotasi pemain ini dirasakan betul oleh para pemain. Widodo, misalnya, mengaku tidak asing dengan kebijakan pelatih. Ia pernah ditempatkan sebagai gelandang.

Selama ini pun, Widodo lebih banyak berperan sebagai pengumpan dibanding peran utamanya sebagai pencetak gol. Bagi Imran Nahumaruri, gelandang serang lincah Persija, rotasi ini menjadi pelajaran baru. Ternyata, seorang pemain tidak harus terpaku pada posisi utamanya. Imran pun mengaku tertantang untuk mengasah ketajamannya mencetak gol. Kesiapan ini jelas membanggakan. Sebagai sebuah tim yang sangat difavoritkan menjadi juara, Persija memang harus mewaspadai segala kemungkinan. Banyak rintangan yang bakal terbentang di depan mata. Seorang pakar sepakbola pernah menyatakan, kegagalan Persija di semifinal lalu adalah skenario jahat pihak tertentu. Mereka ingin Persija gagal jadi juara. Caranya, Luci harus diganjar kartu merah. Kalau informasi ini benar, kesiapan Persija sekarang rasanya menjadi jalan keluar terbaik. Persija tidak lagi tergantung pada satu-dua pemain.

Strategi sepakbola memang tidak hanya ada di dalam lapangan. Pertempuran strategi di luar lapangan pun kadang tak kalah memusingkan. Semoga, kesiapan ini mampu menangkal berbagai rencana jahat yang mungkin dimunculkan untuk kembali menjegal ambisi tim kesayangan masyarakat Jakarta ini.