Mengintip Dapur The Jakmania
Mengusung Garuda Kibarkan Merah Putih

The JakOnline - Tabloid Macan Kemayoran

 

Majulah... Majulah... Majulah... Majulah Garuda, Pantang Mundur

Tunjukkanlah tajimu, cakarlah lawanmu

Kami selalu mendukungmu...

Itulah sepenggal syair yang dinyanyikan The Jakmania kala Indonesia melawan Maladewa di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, 8 April lalu. Apakah karena nyanyian itu semangat tim Merah Putih berkobar?

Entahlah. Yang jelas, Indonesia membabat Maladewa 6-0. Minggu itu, sebenarnya keluarga besar The Jakmania masih dalam suasana duka karena salah satu pentolannya, 'Ronaldo' Yudin, meninggal dunia. Toh, untuk mendukung Tim Nasional, The Jakmania harus tetap tegar. Jum'at malam sebelum pertandingan, pengurus dan Korwil Jakmania melakukan briefing. Kesimpulannya, saat pertandingan melawan Maladewa, The Jakmania dikenakan tiket sebesar Rp4 ribu, setengah dari harga resmi. Sebenarnya, beberapa pengurus sudah berpesan agar anggota memesan tiket lewat korwil, keesokan harinya. Ternyata, banyak anggota yang memesan pada hari pertandingan. Tentu saja pengurus harus bekerja dua kali. Anggota yang telah mengantungi tiket, awalnya hendak diberangkatkan langsung menuju Senayan. Ternyata, para anggota itu ingin melakukan demonstrasi ke Sekretariat PSSI. Persiapan telah dilakukan dengan membawa poster. Mereka ingin menuntut keadilan karena Persija dihukum sementara PSMS tidak. Dipimpin Mardan dan Rudi, mereka melakukan orasi di depan Sekretariat PSSI. Setelah puas melampiskan suara hati, mereka menuju pintu masuk stadion dengan tertib. The Jakmania diberi tempat di belakang gawang sisi timur. Seperti biasa, mereka memasang spanduk kebanggaan TJM dan Persija di pagar belakang gawang. Rombongan kedua kembali datang sesaat sebelum pertandingan dimulai. Rombongan ini ditempatkan di belakang gawang bagian barat. Merasa kurang meriah, pada babak kedua TJM di sisi barat bergabung dengan rombongan pertama. Dan, suasana nyanyian hingar bingar terdengar tiada henti. Hasilnya, Indonesia melumat Maladewa dengan telak.

Walaupun di sana ada juga Aremania, Pasoepati dan Viking Bandung, warna orange tetap mendominasi stadion, diselingi pembakaran kembang api dan petasan. Ternyata, aksi itu membuat The Jakmania mendapat teguran PSSI. "Bagi gue, orang Jakarta membakar petasan adalah hal sudah biasa untuk meluapkan kegembiran," kata Aa Irawan, pendukung setia TJM. TJM sudah meminta maaf kepada PSSI. Sepekan kemudian, Tim Nasional berhadapan dengan Kamboja. Kali ini, lebih banyak anggota TJM yang memberikan dukungan. Harga tiket untuk The Jakmania ditetapkan Rp5 ribu. PSSI telah memberi peringatan. Jika sekali lagi ada anggota yang membakar petasan, TJM tidak akan dibolehkan menyaksikan pertandingan melawan Cina. Seperti biasa, mereka datang Minggu, pas pertandingan tanpa lebih dulu memesan tiket. "Payah juga, padahal pengurus udah ngasih aturan tapi tetep aje masih banyak yang kaya gini," kata Gatot kesel. Pengurus tetap melayani anggota yang belum mendapat tiket dengan membeli ke Sekretariat PSSI. Akibatnya, sebagian anggota baru dapat memegang tiket ketika pertandingan babak pertama akan habis. Ini juga akibat panpel kurang sigap sehingga banyak penonton menjebol pintu masuk. Di dalam stadion, lebih hingar bingar terus terdengar. Mereka melantunkan lagu yang biasa dinyanyikan saat mendukung Persija dengan mengubah syair. Kata Persija diganti Garuda. Lagi-lagi, Tim Nasional memenangkan pertandingan dengan skor telak 4-0. Walau Bung Ferry sudah memperingatkan agar tidak ada lagi petasan dan kembang api, sesekali masih ada juga bunyi petasan. Ternyata, yang membakar itu mengaku bukan anggota TJM. Ini membuat anggota TJM kesal. "Anak The Jakmania jadi kurang begitu kompak gara-gara ada orang yang bukan anggota ikut ngumpul. Saya harap Panpel mau memisahkan mereka. Kalau pun boleh bergabung, mereka harus duduk di pinggir, jangan di tengah-tengah," kata Ikbal , dirijen The Jakmania.